RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MAKRO
KOMUNIKASI
KELOMPOK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Micro Teaching
Pembimbing
I : Ari Widyaningsih, S.Si.T
Pembimbing
II : Fitria Primi Astuti,
S.Si.T., M.Kes
Oleh :
Khusnul
Noviatun
030214A015
PROGRAM STUDI
D-IV KEBIDANAN
STIKES NGUDI
WALUYO
UNGARAN
2015
LEMBAR
PERSETUJUAN
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Makro Mata Kuliah Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan dengan Pokok
Bahasan Bentuk Komunikasi dan
Sub Pokok Bahasan “Komunikasi Kelompok” ini telah disetujui oleh pembimbing dan
layak untuk dipresentasikan pada :
Hari :
Sabtu
Tanggal :
14 Februari 2015
Ungaran,
14 Februari 2015
Praktikan
Khusnul
Noviatun
030214A015
Telah disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing
II
Ari
Widyaningsih, S.Si.T Fitria Primi A, S.Si.T., M.Kes NIDN: 0603088101
LEMBAR
PENGESAHAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Makro Mata Kuliah Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan dengan Pokok Bahasan Bentuk Komunikasi dan Sub Pokok Bahasan
“Komunikasi Kelompok” ini telah dipresentasikan dan disahkan oleh penguji pada
:
Hari :
Tanggal :
Ungaran, Februari 2015
Telah disahkan oleh :
Penguji I
Ari Widyaningsih, S.Si.T
Penguji II
Fitria Primi Astuti, S.Si.T., M.Kes
NIDN: 0603088101
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KOMUNIKASI
KELOMPOK
A.
IDENTITAS
Nama Mata kuliah :
Komunikasi dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan
Program studi : D-III Kebidanan
Kode Mata Kuliah :
BD. 403
Penempatan :
Semester II
Beban studi :
3 Sks (T : 1, P : 2)
Pokok bahasan :
Bentuk Komunikasi
Sub pokok bahasan : Komunikasi
Kelompok
Hari /tanggal :
Senin, 16 Februari 2015
Waktu pertemuan :1x100
menit
Nama Pengajar :
Khusnul Noviatun
B.
STANDART
KOMPETENSI
Setelah mengikuti
pembelajaran ini mahasiswa mampu memahami bentuk komunikasi dalam komunikasi dan konseling praktik kebidanan.
C.
KOMPETENSI
DASAR
Setelah mengikuti
pembelajaran ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Komunikasi
massa
2. Komunikasi
interpersonal
3. Komunikasi
intrapersonal
4. Komunikasi
kelompok
D.
INDIKATOR
Pada
akhir pembelajaran ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1.
Pengertian komunikasi kelompok dengan
benar
2.
Klasifikasi kelompok dengan tepat
3.
Pengaruh kelompok pada perilaku
komunikasi dengan benar
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keefektifan kelompok dengan tepat
5.
Jenis-jenis komunikasi kelompok dengan
benar
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan
Pembelajaran Umum
Setelah mahasiswa menyelesaikan
pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan komunikasi kelompok
dalam komunikasi dan konseling praktik kebidanan dengan benar
2. Tujuan
Pembelajaran Khusus
Setelah mahasiswa menyelesaikan
pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a.
Menjelaskan Pengertian komunikasi kelompok
b.
Menjelaskan Klasifikasi kelompok
c.
Menjelaskan Pengaruh kelompok pada
perilaku komunikasi
d.
Menjelaskan Faktor-faktor yang
mempengaruhi keefektifan kelompok
e.
Menjelaskan Jenis-jenis komunikasi
kelompok
F. TUJUAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Setelah
mengikuti pembelajaran ini praktikan diharapkan mampu menerapkan kegiatan dasar
mengajar secara terintegrasi, tetapi dalam pembelajaran ini lebih diutamakan
pada aspek penguatan materi pembelajaran.
G. POKOK-POKOK MATERI
1.
Pengertian komunikasi kelompok
2. Klasifikasi
kelompok
3. Pengaruh
kelompok pada perilaku komunikasi
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keefektifan kelompok
5. Jenis-jenis
komunikasi kelompok
H.
METODE
PEMBELAJARAN
Pada
kegiatan pembelajaran ini praktikan menggunakan metode pembelajaran ceramah, diskusi, Make A Match. Make A
Match yaitu Dosen
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian yang lainnya kartu
jawaban, kemudian mahasiswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang.
I.
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Tahap kegiatan
|
Estimasi waktu
|
Kegiatan
|
Metode
|
|
Dosen
|
Mahasiswa
|
|||
Pendahuluan
|
±10 menit
|
1. Memberi
salam pada mahasiswa sebelum kegiatan belajar dimulai dengan berdoa
2. Memperkenalkan
diri
3. Menginformasikan
pokok bahasan yang akan disampaikan tentang bentuk komunikasi yaitu
komunikasi kelompok.
a. Menjelaskan
kepada mahasiswa tentang pokok materi
b. Menampilkan
slide
4. Menyampaikan
relevansi tentang komunikasi kelompok
dengan profesi kebidanan
5. Melakukan
apersepsi berkaitan dengan komunikasi kelompok
6. Menjelaskan
tujuan pembelajaran tentang komunikasi kelompok
7. Menjelaskan
kepada mahasiswa tentang metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu diskusi
dan Make A Match
|
1. Menjawab
salam dan Mahasiswa bedoa bersama-sama
2. Memperhatikan
3. Memperhatikan
4. Memperhatikan
dan menjawab
5. Memperhatikan
6. Memperhatikan
7. Memperhatikan
|
1.
Ceramah
2.
Ceramah
3.
Ceramah
4.
Ceramah
5.
Ceramah
6.
Ceramah
7.
Ceramah
|
Penyajian
|
±80 menit
|
1. Menampilkan
video tentang komunikasi kelompok
2. Dosen meminta kepada mahasiswa untuk
melakukan diskusi secara berkelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5
orang dengan waktu ± 10 menit.
3. Dosen
meminta kepada mahasiswa untuk menganalisa video tersebut tentang pokok-pokok
materi komunikasi kelompok yaitu: pengertian, klasifikasi kelompok, pengaruh
kelompok pada perilaku komunikasi, factor-faktor yang mempengaruhi
keefektifan kelompok, dan jenid komunikasi kelompok.
4. Dosen meminta kepada mahasiswa untuk
menjelaskan dan mempersentasikan hasil analisa dari video tersebut pada
masing-masing kelompok
a. Memberikan
penguatan kepada mahasiswa
b. Mengklarifikasi
jawaban mahasiswa.
5.
Menjelaskan kepada mahasiswa tentang komunikasi kelompok meliputi:
a.
Pengertian komunikasi
b.
Klasifikasi kelompok
c.
Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
d.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
e.
Jenis-jenis komunikasi kelompok
|
1.
Memperhatikan video yang ditampilkan
2.
Mahasiswa melakukan diskusi secara berkelompok
3.
Mahasiswa menganalisa video
4.
Mahasiswa menjelaskan dan mempersentasikan hasil analisa dari video pada
masing-masing kelompok.
5. Memperhatikan
|
1. Diskusi
2. Diskusi
3. Diskusi
4. Diskusi
5. Diskusi
|
Penutup
|
±10
menit
|
1. Memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk bertanya
- Menanyakan
kepada mahasiswa tentang materi yang belum jelas
2. Menjawab
pertanyaan yang diajukan mahasiswa
- Mempersilahkan
dosen untuk menjawab
3. Mengevaluasi
dengan menanyakan kembali materi yang telah diberikan dengan post test secara
lisan.
- Memberikan
pertanyaan kepada mahasiswa
4. Menyimpulkan
bersama-sama secara singkat materi yang telah disampaikan
- Menyimpulkan
materi
5. Salam
penutup
|
1. Mengajukan
pertanyaan
2. Memperhatikan
3. Menjawab
pertanyaan dosen
4. Memperhatikan
5. Menjawab
salam
|
1. Tanya
jawab
2. Ceramah
3. Make
A Match
4. Make
A Match
5. Ceramah
|
J.
MEDIA
PEMBELAJARAN
Power point, laptop,
white board, spidol
K.
EVALUASI
Dilakukan setelah
penyajian materi yaitu sebagai penutup materi meliputi :
1. Prosedur
Post test : ada dalam akhir pembelajaran
2. Jenis : tes lisan
3. Alat : tes buatan calon dosen
4. Bentuk
: tes subyektif
L.
REFERENSI
Drs.
Jalaludin, Rahmat. 2011. Psikologi
Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana,
D. 2005. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Tyastuti,
Siti dkk. 2009. Komunikasi dan Konseling
dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
M. LAMPIRAN
1. Lampiran 1 uraian materi
2. Lampiran 2 evaluasi
3. Lampiran 3 ppt komunikasi kelompok
4. Lampiran 4 GBPP komunikasi kelompok
Ungaran, Februari
2015
Praktikan
Khusnul Noviatun
030214A015
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing
II
Ari
Widyaningsih, S.Si.T Fitria Primi Astuti, S.Si.T., M.Kes NIDN: 0603088101
Lampiran 1 Uraian materi
KOMUNIKASI KELOMPOK
1. Pengertian Komunikasi Kelompok
Kata
komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat
kebersamaan antara dua orang atau lebih, communico
yang artinya membagi. Komunikasi adalah suatu proses interaksi manusia dengan
berbagai bentuk / cara untuk menyampaikan informasi atau untuk tujuan tertentu
(Tyastuti, S. 2009).
Komunikasi
kelompok atau grup communication
adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok
orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Sekelompok orang yang menjadi
komunikan bisa sedikit atau banyak. Jika kommunikan dalam kelompok kecil maka
disebut komunikasi kelompok kecil (small
group communication), dan jika jumlahnya banyak maka disebut komunikasi
kelompok besar (large group communication).
Secara teoritis dalam ilmu komunikasi yang membedakan kelompok kecil atau besar
bukan dari jumlahnya secara matematis tetapi berdasarkan kualitas proses
komunikasi (Tyastuti, S. 2009).
2. Klasifikasi kelompok
Tidak setiap himpunan orang disebut
kelompok. Orang- orang yang berkumpul di terminal bus, yang antri di depan
loket bioskop, yang berbelanja di pasar. Supaya mereka disebut kelompok
diperlukan kesadaran pada anggota- anggotanya akan ikatatan yang sama yang
mempersatukan mereka. Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah
mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok dibagi empat
dikotomi: primer dan sekunder, ingroup dan outgroup, rujukan keanggotaan,
deskriptif dan preskriptif.
c. Kelompok Primer dan kelompok
sekunder
Bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam
asosiasi dan kerja sama. Seperti keluarga, kawan sepermainan dan tetangga.
Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Seperti
organisasi massa, fakultas dan sebagainya. Kita dapat melihat perbedaan utama
antara kedua kelompok ini dari karakteristik komunikasinya sebagai berikut:
1)
Kualitas komunikasi pada kelompok
primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang
paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku
yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali
kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok
sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2)
Komunikasi pada kelompok primer
bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. Hubungan personal,
sahabat dengan sahabat atau suami-istri, apakah dimotivasi cinta atau
kebencian, bersifat sementara atau menetap, menonjol secara berbeda. Kualitas
hubungan personal yang paling jelas dan pasti adalah sifatnya yang tak dapat
dipindahkan.
3)
Komunikasi kelompok primer lebih
menekankan aspek hubungan daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk
memelihara hubungan baik, dan isi komunikasi bukan merupakan hal yang sangat
penting.
4)
Komunikasi kelompok primer cenderung
informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
d. Ingroup dan outgroup
Kelompok ingroup adalah kelompok yang terikat, sedangkan
kelompok outgroup adalah kelompok yang berada di luar mereka. Untuk mebedakan
antara satu kelompok dengan yang lain mereka membuat batasan. Perasaan ingroup diungkapkan dengan
kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerja sama.
e. Kelompok keanggotaan dan kelompok
rujukan
Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan
fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok
yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau
untuk membentuk sikap.
Menurut teori,
kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan
fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk
mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam
juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya
miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan
apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan
kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi,
mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek,
peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan
satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi
kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat
dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
f. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
Deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif
menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara
alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif
dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok
penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi
jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok
orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap
anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah
sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas
utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang
harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan
Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja
bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer
(Jalalludin, R. 2011).
3. Pengaruh kelompok pada perilaku
komunikasi
a. Konformitas
Konformitas
adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai
akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam
kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota
untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan
untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam
kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda
secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah
setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
b. Fasilitas
sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya
mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton
kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert
Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek
pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai
situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang
meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan.
Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu
adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah
yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang
dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat
kelompok mempertinggi kualitas kerja individu
c. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang
ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak
mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi
mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok
agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih
keras (Mulyana, D. 2005).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua
tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b.
memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja
kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari
tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk
saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat
dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan
sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk
itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik
kelompok, yaitu:
a.
Faktor situsional
1) Ukuran kelompok
Makin banyak jumlah kelompok maka makin
besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Dari segi komunikasi , makin besar
kelompok, maka makin besar kemungkinan sebagian besar anggota tidak mendapat
kesempatan berpartisipasi. Dalam kelompok yang besar, partisipasi akan makin
memusat pada orang yang memberikan kontribusi terbanyak. Komunikasi akan makin
tersentralkan pada orang- orang tertentu. Makin banyak jumlah anggota, makin
sedikit tersedia peluang untuk berinteraksi dengan anggota lainnya dalam jarak
waktu tertentu. Akibatnya, sejumlah orang tidak mendapat kesempatan
berinteraksi.
2) Jaringan
komunikasi
Dalam sebuah
ruangan, anda berbicara di depan, menghadapi barisan kursi yang sejajar,
diduduki oleh para hadirin. Pada kesempatan lain, anda bersama kawan- kawan
anda duduk melingkar meja bundar. Perbedaan pengaturan ruangan ini ternyata
menimbukan perbedaan pola komunikasi.
3) Kohesi kelompok
Kekuatan yang mendorong anggota
kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegah meninggalkan
kelompok. Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan. Marquis, Guetzkow,
dan Heyns mengamati anggota- anggota yang menghadiri berbagai konferensi. Ia
menemukan makin koheresif kelompok yang diikuti, makin besar tingkat kepuasan
anggota.
4) Kepemimpinan
Komunikasi yang secara positif
mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Seorang pemimpin
dapat di tunjuk atau muncul setelah proses komunikasi kelompok. Apapun yang
terjadi, kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan
komunikasi kelompok.
b.
Faktor personal
1) Kebutuhan
interpersonal
William C.
Schultz merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations
Orientation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh
tiga kebutuhan interpersonal sebagai berikut: ingin masuk menjadi bagian
kelompok (inclusion), ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis
(control), ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang
lain.
2) Tindak
komunikasi
Mana kala
kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha
menyampaikan atau menerima informasi (secara verbal dan non verbal).
3) Peranan
Seperti tindak
komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu
penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau
hanya menampilkan kepentingan individu saja. Peranan tugas kelompok adalah
tugas kelompok merupakan masalah atau melahirkan gagasan baru. Peranan tugas
berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengoordinasi kegiatan yang menunjang
tercapainya tujuan kelompok. Setiap anggota boleh saja menjalankan lebih dari
satu peranan dalam komunikasi kelompok (Jalalludin, R. 2011).
5. Jenis-jenis komunikasi kelompok
a.
Dilihat
dari jumlah Komunikasi
1) Komunikasi
kelompok kecil
adalah komunikasi yang ditunjukkan
kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis (umpan balik
terjadi secara verbal). Komunikasi
kelompok kecil merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau lebih yang
berlangsung secara tatap muka. Dalam kelompok kecil komunikator menunjukkan
pesannya pada benak komunikan misalnya kuliah, diskusi, rapat dll. Dalam
situasi ini logika berperan penting dan komunikan dapat menilai logis tidaknya
uraian komunikator.
2) Komunikasi
kelompok besar
Komunikasi
ini adalah komunikasi kelompok yang karena jumlahnya yang banyak, dalam situasi
komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara
verbal. Dengan kata lain, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk
berdialog dengan para komunika. Jadi dalam komunikasi kelompok besar ini, hanya
bersifat nalar dalam segi penerimaannya. Cirri yang menonjol adalah wabah metal
sering terjadi, serta emosional lebih tinggi. Contohnya: pengajian, ceramah.,
seminar, forum (Tyastuti, S. 2009).
b.
Dilihat
dari bentuk komunikasi
1. Komunikasi
panel
Yaitu
komunikasi kelompok untuk memecahkan suatu masalah social yang dilakukan oleh
sejumlah orang yang berbeda keahliannya. Biasanya yang tampil dalam diskusi ini
tiga atau tujuh orang dengan keahlian yang sangat erat sekali dengan masalah
yang di bahas. Contoh pemecahan masalah kemacetan lalu lintas yang melibatkan
sosiolog, psikolog, ahli hukum dan pejabat kepolisian.
2. Forum
Pertemuan
untuk membahas suatu topik yang menyangkut suatu kepentingan umum. Forum ini
bersifat speaker centered, yang terpusat pada pembahasan. Dalam arti
bahwa pembicaraan pada forum termasuk orang selain menguasai topik yang
dibahas, juga mempunyai nama di masyarakat, sehingga pemikirannya berupa
informasi penjelas yang disertai tanya jawab. Contoh : pejabat yang turun
kebawah.
3. Simposium
Komunikasi
kelompok yang melibatkan tiga sampai lima pembicaraan dengan spesialisasi yang
berbeda untuk membahas berbagai aspek dari suatu topik luas.
4. Brainstorming
Bisa
juga di katakan urun rembug yaitu bentuk komunikasi kelompok untuk memperoleh
gagasan sebanyak- banyaknya dalam waktu yang sesingkat- singkatnya dari peserta
yang dilibatkan. Tujuannya menghasilkan saran sebanyak- banyaknya
untukditetapkan salah satu daripada nya dalam rangka pemecahan masalah. Contoh:
penerapan dalam dunia pendidikan CBSA (Jalalludin, R. 2011).
Lampiran 2 evaluasi
EVALUASI
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi
kelompok ?
2. Sebutkan klasifikasi kelompok
dan pengaruh kelompok pada
perilaku komunikasi!
3. Berikan contoh komunikasi kecil dan
komunikasi besar!
Jawaban :
1. Komunikasi
kelompok atau grup communication
adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok
orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
2. Klasifikasi kelompok dibagi empat
yaitu:
a. Kelompok primer dan sekunder
b. Ingroup dan outgroup
c. Kelompok rujukan dan keanggotaan
d. Kelompok deskriptif dan preskriptif.
Pengaruh kelompok pada perilaku
komunikasi yaitu:
a. Konformitas
b. Fasilitas social
c. Polarisasi
3. Contoh komunikasi kecil dan
komunikasi besar adalah:
Komunikasi
kecil, misalnya: kuliah, diskusi, rapat
Komunikasi
besar, misalnya: pengajian, ceramah., seminar, forum.
Lampiran 4 GBPP
GARIS
BESAR PROGRAM PERKULIAHAN
MATA
KULIAH : KOMUNIKASI DAN KONSELING DALAM
PRAKTIK
KEBIDANAN
A.
DESKRIPSI
Mata kuliah ini memberikan
kemampuan untuk melaksanakan Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan
dengan pendekatan manajemen kebidanan di dasari konsep, sikap dan ketrampilan
dengan pokok bahasan: komunikasi efektif, prinsip hubungan antar manusia,
komunikasi interpersonal/konseling, keterampilan inti KIP/K, penerapan
keterampilan KIP/K dalam kegiatan asuhan kebidanan, keterampilan komunikasi
dalam kegiatan kelompok.
B.
TUJUAN MATA KULIAH
Setelah mengikuti perkuliahan ini
diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komunikasi,
menjelaskan tentang komunikasi efektif, Menerapkan prinsip-prinsip hubungan
antar manusia,melakukan komunikasi interpersonal/konseling, melaksanakan
keterampilan inti KIP/K, enerapkan keterampila KIP/K dalam kegiatan asuhan
kebidanan, melaksanakan keterampilan komunikasi dalam kegiatan kelompok.
C.
PROSES PEMBELAJARAN
T : Dilaksanakan di kelas dengan
menggunakan ceramah, diskusi, seminar dan penugasan.
P : Dilaksanakan di kelas,
laboratorium (baik di kampus maupun di lahan praktek) dengan menggunakan metoda
simulasi, demonstrasi, role play, bed site teaching.
D.
EVALUASI
Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan cara :
1.
Teori
a) UTS :10 %
b) UAS :15 %
2.
Praktik
a) Tugas :15
%
b) Latihan
:20 %
c) Praktikum :40 %
E.
REFERENSI
Buku
Wajib (BW)
1.
MNH, 2002, Modul Pelatihan
Keterampilan KIP/K
2.
Corey G, , Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi
3.
Tannes D, , Seni Komunikasi Efektif ( Membangun
Relasi dengan Gaya Percakapan).
4.
Jalaludin Rahman, 1986, Psikologi
Komunikasi.
Buku Anjuran
(BA)
1. Gunarsah
S, , Konseling dan Psikoterapi.
2. Anwar
A, , Ilmu Komunikasi.
3. Flint
C., , Sensitive Midwfery.
4. IBI., , Keluarga Berencana.
5. Pusdiknakes, , Komunikasi Terapeutik Kebidanan.
6. Patricia
Web, 1994, Healt Promotion and Patient Education; A Profesional Guede,
Chapman and Hall.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar